Senin, 25 Februari 2008

Setan dan Kesetanan

KATA "setan" merujuk pada jenis makhluk Tuhan yang tidak kasat mata. Sementara waktu, saya memuji setan sebagai makhluk yang luar biasa, tahan banting. Makhluk ini termasuk pekerja keras yang tidak pernah mengenal lelah. Mereka bekerja dengan sangat sistematis, terencana, berulang-ulang, dan selalu menggunakan metode terbaru manakala sistem lama dianggap gagal. Meskipun dicaci maki, setan tidak pernah putus asa, mencoba dan terus mencoba. Mereka selalu "istiqamah" dengan tujuannya, menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Itulah sebabnya, umat Islam yang istiqamah selalu meminta perlindungan Allah secara berulang-ulang sembari mengutuknya, menggunakan kalimat ta'awudz.Sedangkan "kesetanan" menunjuk pada jenis kata sifat yang menempel pada manusia. Sifat-sifat setan yang tengah dilakoni manusia itulah kesetanan. Apakah orang yang kesurupan dengan tubuh kejang-kejang dan mata melotot berarti dalam diri orang tersebut kemasukan makhluk setan? Wallau a'lam. Kali ini, saya justru lebih tertarik membahas manusia yang secara fisik badannya sehat dan mengaku secara lahir dan batin sehat, tapi pada hakikatnya mereka benar-benar kesetanan.Ketika semua orang buntu mencari kambing hitam dari penyebab berbagai bencana yang menimpa tanah air, maka kesetanan dapat ditunjuk sebagai kambing hitam itu, tanpa menyinggung perasaan setan itu sendiri. Ya, kesetanan telah merasuk nyaris ke seluruh lapisan masyarakat kita, dari rakyat kecil, apalagi hingga pejabat tinggi dan tertinggi. Sebelumnya, saya ragu-ragu menyebut rakyat kita juga kesetanan. Sebab, mereka sesungguhnya hanyalah korban dari pemimpin yang kesetanan. Rakyat yang miskin tanpa memiliki rumah dan pekerjaan tetap terkapar di daerah-daerah kumuh, kini sebagian dari mereka bahkan terkena banjir, pada awalnya benar-benar korban perilaku kesetanan. Tapi karena tekanan hidup yang dahsyat, sebagian dari mereka ikut pula kesetanan. Tapi karena miskin dan lemah, kesetanannya pun sebatas mereka mampu. Paling-paling, saat meminjam motor atau kalau punya motor mengendarainya dengan kesetanan, menyalip semua kendaraan lainnya tanpa mengenal lelah dan tanpa ampun. Meskipun tidak ada tujuan yang jelas dan tanpa target apa pun, bahkan begitu sampai tujuan sering sekadar menyulut rokok, tapi ngebut adalah sikap keseharian.Anehnya, semakin tinggi kewenangan dan keterampilan teknis yang dimiliki seseorang semakin dahsyat pula sikap kesetanan yang dilakoninya. Semakin tinggi jabatan yang dipangkunya, semakin lembut cara kesetanannya meski dampak yang ditimbulkannya rusak luar biasa. Menandatangani izin hak pengusahaan hutan (HPH) dengan menerima upeti tanpa mempertimbangkan kerusakan yang ditimbulkan adalah perilaku kesetanan yang paling aktual saat ini. Jangan-jangan, membiarkan Kawasan Bandung Utara (KBU) rusak dan kemudian menimbulkan banjir di cekungan Bandung masuk dalam konteks ini. Maka sikap yang paling relevan saat ini adalah mengaktualkan ta'awudz, minta perlindungan Allah dari godaan setan, sekaligus dihindarkan dari sikap kesetanan, baik dalam diri rakyat maupun pejabat.(Wakhudin)

Tidak ada komentar: