Senin, 25 Februari 2008

Membunuh Anak

MENGAJUKAN syarat tertentu sebelum menikah merupakan hal lumrah. Tapi syarat yang diajukan Dewi Amba sangat aneh. Dia minta untuk tidak dikomentari oleh suaminya, apa pun yang ia lakukan setelah menikah. Syarat pun disetujui, sehingga resmilah Dewi Amba menjadi permaisuri Sentanu, raja digdaya dari Astina. Dari pernikahan yang bahagia ini, setiap tahun Dewi Amba hamil dan melahirkan. Anehnya, setiap hamil dan melahirkan, Dewi Amba kemudian membunuh bayinya dengan cara membenturkan kepala bayi ke tembok dan mayatnya kemudian dibuang ke Sungai Gangga.Sebelum membunuh anaknya yang ketujuh, Raja Sentanu sudah tidak tahan menahan perasaan. Ia pun bertanya kepada Dewi Amba apakah anaknya yang ketujuh juga akan dibunuhnya. Istrinya pun mengiyakannya. Mendengar jawaban tersebut, Raja Sentanu murka dan berkata, "Siapakah engkau sebenarnya? Apakah engkau penjelmaan iblis sehingga tega membunuh anak-anakmu sendiri?" Menanggapi kemarahan suaminya, Dewi Amba pun mengingatkan janji suaminya untuk tidak berkomentar apa pun yang ia lakukan. Tapi Sentanu sudah benar-benar tidak tahan dan terus mempersoalkan kelakuan istrinya. Mendengar desakan suaminya, Dewi Amba kemudian menceritakan bahwa dirinya sebenarnya seorang bidadari yang bersama enam saudaranya para parasu dikutuk para dewa. Mereka bisa kembali ke Kahyangan setelah menjelma terlebih dahulu menjadi manusia. Bayi yang dikandung Dewi Amba sebetulnya saudara-saudaranya sendiri. Mereka dibunuh dan dilempar ke Sungai Gangga sebetulnya sekadar mengantar mereka kembali ke Kahyangan. Namun pembunuhan terhadap bayinya yang ketujuh gagal, karena suami mencegahnya. Menghadapi jalan buntu seperti itu, Dewi Amba pun menyerah. Ia akhirnya menitipkan anak terakhir yang juga saudaranya kepada suaminya, Prabu Sentanu. Anak yang dititipkan ke suaminya diberi nama Raden Gangga atau setelah besar bernama Bisma. Membaca berita pembunuhan tiga bocah --Faras (6), Nazhif (3), dan Umar (7 bulan)-- yang dilakukan Ny. AKS (31) yang merupakan ibunya, saya teringat kisah lahirnya Bisma di atas. Bahkan saya berharap, kisah seperti itulah yang terjadi. Tapi tentu mustahil. Yang jelas, jika benar ibunya yang melakukan pembunuhan itu, pasti dilatarbelakangi oleh kehidupan yang luar biasa. Saya bisa menduga, problematika yang sangat pelik itu berkaitan dengan kehidupan modern yang makin kompleks. Itulah sebabnya, modernitas harus senantiasa dikawal moralitas. (Wakhudin)

Tidak ada komentar: