Senin, 25 Februari 2008

Flu Burung


BAHWA virus flu burung (Avian Infuenza/AI) sangat berbahaya dan mematikan, ya. Bukti nyata menunjukkan sejumlah pasien flu burung meninggal dunia, baik saat menjalani perawatan di rumah sakit maupun penderita yang tidak sempat menjalani perawatan. Penulis tak hendak menafikan ancaman mengerikan yang kabarnya terus meluas di Jawa Barat, juga di Indonesia, bahkan di belahan dunia yang lain, melainkan bermaksud menggugah kewaspadaan yang lain di balik terus mewabahnya flu burung ini.Tidak mustahil mewabahnya flu burung bukanlah taken for granted, terjadi begitu saja, melainkan by design. Ada pihak-pihak yang dengan sengaja menyebarkan virus tersebut sembari memantaunya dengan teliti kemudian segera memublikasikannya secara luas ke media massa sehingga tersebar ke seluruh penjuru dunia. Siapa pelakunya? Tidak sulit ditebak, mafia perdagangan ayam dunia. Dengan terus-menerus ditemukannnya pasien flu burung atau diduga terinveksi flu burung, masyarakat semakin takut mengonsumsi ayam atau jenis unggas yang lain. Bahkan, peternakan milik rakyat satu demi satu dihabisi untuk menghindari tertularnya virus mematikan ini. Ditemukannya tablet anti-AI dan obat-obatan yang mampu menangkal tumbuh kembangnya virus flu burung tidak cukup mematikan rasa takut akan bahaya Avian influenza ini. Setelah peternakan milik rakyat habis, tidaklah sulit para mafia perdagangan ayam mengendalikan pasokan ayam dan sekaligus harganya. Belum apa-apa DOC, semakin melambung harganya. Pemerintah tidak bisa mengendalikan harga anak ayam bibit ini. Padahal rakyat Indonesia penggemar makan daging ayam, untuk konsumsi sehari-hari maupun hajatan tertentu.Apakah penulis menemukan bukti bahwa virus flu burung disebarkan oleh jaringan mafia perdagangan ayam? Tidak dan belum ada bukti-bukti. Ini tugas intelijen kita. Meski demikian, kemungkinan seperti itu tidak mustahil. Mengingat, dunia makin gila. Pujangga Keraton Surakarta menyebutnya sebagai zaman edan. Negara-negara maju sekarang ini menerapkan perdagangan tak ubahnya sebagai perang. Bahkan tidak mustahil peperangan diciptakan untuk memenangi perdagangan itu sendiri.Lihatlah perang di Afganistan, Irak, Lebanon dan Palestina, dan tidak mustahil terus meluas ke Suriah dan Iran. Propaganda yang digembar-gemborkan adalah perang melawan terorisme, sebagian lain menyebut sebagai terusan Perang Salib. Meski demikian, di balik perang itu terdapat agenda perebutan hegemoni dan sumber energi dunia, minyak bumi. Dunia benar-benar edan. Untuk memenangi perdagangan, puluhan ribu nyawa dikorbankan tanpa merasa bersalah sedikit pun. Dalam kasus flu burung pun tidak mustahil seperti perang di berbagai kawasan di Timur Tengah itu. Dengan mengorbankan ratusan rakyat tak berdosa, mereka akan menguasai perdagangan ayam dunia, termasuk di Indonesia. Na'udzubillah min dzalik.(Wakhudin/"PR")

Tidak ada komentar: