Senin, 25 Februari 2008

Musik dan Menyanyi

JIKA ada survei tentang sesuatu yang paling mendapatkan perhatian orang modern, maka musik dan menyanyi kemungkinan mendapatkan angka tertinggi. Bahkan, minat masyarakat terhadap lagu dan musik lebih tinggi daripada minat terhadap persoalan ekonomi, politik, dan sosial. Perhatian masyarakat terhadap menyanyi dan musik bahkan lebih besar ketimbang perhatian mereka terhadap Tuhannya. Dua kegiatan ini tanpa disadari dapat menjadi thaghut, tuhan baru.Orang modern sangat senang terhadap nyanyian dan musik ini, tua maupun muda, di kampung maupun di kota, dalam keadaan senang ataupun duka. Perhatikanlah pergelaran musik, apa pun jenisnya, pop, dangdut, jaz, kecuali musik tradisi, peminatnya begitu massal. Jangankan pertunjukan gratis, bahkan harus membayar pun penonton selalu membeludak. Tak jarang terjadi kerusuhan bahkan saling injak gara-gara penontonnya yang tidak tertampung dalam suatu ruang yang luas.Menyanyi dan mendengarkan musik menjadi menu masyarakat modern, baik saat bekerja, istirahat, makan, dan menjelang tidur. Maka kita menyaksikan, lomba menyanyi dan musik begitu diminati sehingga pesertanya antre panjaaaaang...! Itu menunjukkan betapa besarnya magnet menyanyi dan musik bagi masyarakat, melebihi segalanya.Lalu salahkah musik dan nyanyian? Tentu tidak. Ia adalah produk manusia. Jika harus dicari mana yang benar dan salah, maka manusialah yang benar dan salah itu. Setidaknya kini kita semakin menyadari bahwa musik dan nyanyian mampu menyedot perhatian manusia sedemikian dahsyat. Maka kita dapat menyaksikan kampanye dan propaganda calon kepala daerah maupun calon anggota legislatif selalu mengundang penyanyi dan pemusik terkenal. Ketidakbecusan dan omong kosong mereka pun segera tertutupi oleh nyanyian dan musik. Sebaliknya, calon pemimpin yang memiliki komitmen kuat membangun masa depan, jika tanpa disertai nyanyian dan musik, jangan harap kampanye mereka dihadiri massa. Ajaib, musik dan nyanyian memang memiliki daya magis dan mampu menghipnotis.Berbahagialah para pencipta musik dan nyanyian, meskipun honor karya mereka tidak begitu menjanjikan. Setidaknya, hasil karyanya memiliki peluang besar digandrungi dan digilai penggemarnya. Bisa jadi, para penggubah lagu dan musik sesungguhnya memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan institusi keluarga atau sekolah dalam soal pendidikan? Apa pun syair lagu yang mereka karang, dalam waktu cepat menjadi hafalan masyarakat. Orang begitu fasih melafalkan setiap kata, “Oo, kamu ketahuan...!” daripada melafalkan kata-kata yang ada dalam kitab suci. Saat sudah bosan suatu lagu, para penyanyi parodi sudah siap mengganti syairnya dengan kata-kata yang memungkinkan masyarakat tertawa. Ya, menyanyi menjadi bagian masyarakat modern. Sedih dan tidak punya uang sekalipun tetap menyanyi, apalagi senang dan banyak uang. Padahal, setelah itu mau apa? Tak peduli. (Wakhudin)

Tidak ada komentar: