Senin, 25 Februari 2008

Generasi Muda

PERANG Baratayudha sudah menjadi keniscayaan Sang Pencipta Alam. Bahkan para dewa pun tidak mampu membatalkannya. Tapi saat menghadapi perang, para Pandawa --Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa-- justru divonis hukuman yang memilukan, karena kalah judi. Mereka dibuang ke hutan selama 13 tahun, kemudian harus menyamar sebagai rakyat jelata selama 2 tahun. Dengan langkah gontai mereka meninggalkan negara Astina miliknya.Jika perang terjadi saat itu, maka ibarat duren melawan mentimun. Pandawa yang dalam keadaan sangat lemah akan dilumat habis oleh Astina yang sedang berada di atas angin. Sementara bagi Pandawa, tidak ada jalan lain kecuali harus memenangkan peperangan demi membela hak sebagai pewaris sah Kerajaan Astina. Mereka pun kemudian memutuskan sebuah strategi. Dalam kurun waktu 15 tahun, mereka harus menghasilkan generasi muda yang tangguh.Maka, dari Bima lahirlah Gatotkaca. Agar menjadi sakti, ia kemudian digembleng di kawah Candradimuka. Wajah dipermak dengan topeng terbuat dari perunggu, ototnya dilatih sehingga sekuat kawat, tulangnya setara dengan kerasnya besi baja. Dari Arjuna lahirlah Raden Irawan, pemuda saleh dan lemah lembut tapi dengan keberanian luar biasa. Benar juga, pada saat Perang Baratayudha berkecamuk di Medan Kurusetra, anak-anak Pandawa dan para pemudanya menguras kekuatan lawan, nyaris separuh kekuatan Kurawa. Memang, Gatotkaca tewas oleh Karna, karena pusarnya terbuat dari sarung Keris Kunta, sementara kerisnya sendiri dipegang Karna. Irawan juga gugur di medan perang dengan luka bacokan di seluruh tubuh. Tapi untuk memenangkan perang berikutnya tidak terlalu sulit, Pandawa tinggal menghabisi separuh dari kekuatan lawan. Indonesia saat ini posisinya seperti Pandawa ketika diusir setelah kalah perang. Utang menggunung lebih dari 200 miliar dolar AS. Politik nyaris tidak punya posisi tawar yang berarti, bagaikan kerbau dicocok hidungnya oleh para donatur. Rakyat miskin meninggal karena kurang gizi. Sumber daya alam sudah rusak parah, tak bisa lagi digunakan menghidupi generasi mendatang. Sayang, langkahnya tidak seperti Pandawa, menyiapkan generasi muda. Padahal, cara satu-satunya menyiapkan generasi mendatang adalah dengan pendidikan. Konstitusi telah menetapkan, minimal anggaran APBN/APBD adalah 20 untuk sektor pendidikan. Tapi eksekutif dan legislatif masih akal-akalan, berupaya mengurangi anggaran itu. Alasan diciptakan sejuta macam.Padahal menghadapi "Perang Baratayudha" berupa globalisasi dan liberalisasi tidak ada jalan lain harus melipatgandakan kekuatan generasi muda sebagaimana Gatotkaca yang digembleng di kawah Candradimuka. Tapi alih-alih generasi kini menyiapkan generasi muda, kita masih menyaksikan, generasi kita masih egois, rakus memakan semua jatah untuk generasi mendatang.

Tidak ada komentar: