Selasa, 14 Juli 2009

Pemilu Presiden 2009


KRESNA gelisah menyaksikan Setiaki, adiknya, semakin terpojok saat duel maut di Medan Kurusetra melawan Burisrawa dalam Perang Baratayuda. Beberapa pukulan menghantam rahang Setiaki. Saat terhuyung, Burisrawa mengejar Setiaki dan berhasil mengunci leher si jagoan Pandawa itu, sehingga Setiaki tak bisa bernapas. Sesungguhnya hanya dengan sekali putaran, leher satria Garbaruji itu bisa patah. Tapi Burisrawa tidak ingin segera membunuhnya. Jago Kurawa itu ingin menyaksikan Setiaki mengaduh kesakitan. Itulah sebabnya, Burisrawa kemudian menyiksa Setiaki.
Melihat posisi yang lemah, Kresna ingin membantu Setiaki. Tapi aturan main tak mengizinkannya. Sebab, tak seorang pun boleh membantu orang yang berduel satu lawan satu. Di tengah kekalutannya, Kresna melihat Arjuna terduduk lemas di bawah pohon. Penengah Pendawa ini sedang mengalami strs berat, karena dua anaknya --Raden Irawan dan Raden Abimanyu-- tewas dalam perang Baratayuda ini. Kresna pun mendekat, tapi Arjuna tetap bergeming.
Meski demikian, Kresna terus menggoda dan menyatakan bahwa seluruh kesaktian Arjuna telah sirna akibat tekanan jiwa yang begitu dahsyat. Menyadari ucapan Kresna, Arjuna pun bangkit. Ia tidak ingin semua keterampilan berperangnya hilang dengan begitu mudah. Ia tertantang ingin membuktikannya. Melihat perubahan sikap Arjuna, Kresna semakin menggodanya. Ia ingin mengetes kemampuan arjuna dalam memanah.
Arjuna tergoda. Maka Kresna mengambil sehelai rambut dan Arjuna diminta memanahnya menggunakan Pasupati. Arjuna pun berhasil tepat mengenai sasaran. Meskipun secara lahiriah Arjuna memanah sehelai rambut, Kresna sesungguhnya mengarahkan anak panah Arjuna itu ke tengah Medan Kurusetra. Anak panah itu tepat mengenai pundak Burisrawa yang sedang mengunci leher Setiaki.
Seketika, anak sulung Prabu Salya ini menjerit kesakitan akibat tangannya nyaris putus. Saat itulah Setiaki terlepas dari kuncian tangan Burisrawa. Bahkan ia kemudian bangkit dan membunuh Burisrawa dalam sekali pukulan. Setiaki hampir saja bersikap jumawa dan sombong, karena berhasil membunuh musuhnya. Tapi ia kemudian pergi tanpa bicara sepatah kata pun setelah diberi tahu oleh Kresna apa yang sesungguhnya terjadi.
Peristiwa tewasnya Burisrawa dapat terjadi dalam Pemilu Presiden 8 Juli 2009 ini. Kandidat yang sejak pemilu legislatif berada di atas angin bisa jadi gagal memenangi pemilu akibat tidak terampil memainkan isu. Bahkan, isu yang dikembangkan tim suksesnya dalam beberapa kasus menyebabkan kontraproduktif.
Lawan politiknya sesungguhnya memiliki tingkat elektabilitas yang rendah. Namun ia mempunyai banyak "Kresna" yang memiliki jam terbang tinggi dalam memainkan isu. Berbagai isu dilepaskan untuk menggoda lawan, dari mulai soal neoliberalisme, istri capres dan cawapres yang tidak berjilbab. Terakhir yangs cukup dahsyat adalah isu daftar pemilih tetap (DPT) yang boleh menggunakan kartu tanda penduduk (KTP) dan paspor sebagai alat bukti boleh memilih.
Apakah gaya Kresna ini ampuh dimainkan dalam perang "Baratayuda" Pilpres 2009 ini? Ternyata tidak. Otak Kresna hanya dapat dicerna oleh 10% masyarakat pemilih. Kata koran Kompas, pemilih Kresna hanya kaum rasional yang berada di perkotaan. Sedangkan selebihnya yang berada di perdesaan cukup menelan isu berdasarkan image. Bayangan bahwa seseorang bersikap tenang, mengayomi, dan seterusnya. Tapi apa pun hasilnya, selamat untuk pemenang. (Wakhudin/"PR")***