Selasa, 09 Maret 2010
Gua Pawon, Objek Wisata Petualang Pemula
BANGSA Indonesia kurang menghargai peninggalan masa lalu. Pernyataan tersebut kurang tepat. Yang lebih presisi adalah, jangankan menghargai masa lalu, bahkan masa depan pun dihancurkan. Gambaran tersebut cukup pas melukiskan keadaan Gua Pawon, gua peningggalan zaman prasejarah di Pegunungan Masigit, kurang lebih 25 km dari kota Bandung atau 8 km dari Tol Padalarang ke arah Cianjur. Meskipun berbagai pihak yang berselisih pendapat tentang keberadaan Gua Pawon telah berakhir, kenyataannya gua ini tetap telantar.
Mengutip pendapat Ir. H. Sujatmiko, Dipl.Ing., anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), Gua Pawon merupakan situs gua prasejarah pertama yang pernah ditemukan di Jawa Barat. Nilainya sangat penting dalam upaya penelusuran jejak manusia prasejarah di provinsi ini. Menurut Dr. Harry Truman dan Dr. Thor Andy, peneliti Prancis, Gua Pawon kemungkinan besar telah dihuni dan dijadikan bengkel sejak zaman pra-neolitikum kurang lebih 10.000 tahun yang lalu hingga zaman neolitikum.
Menurut para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung, sebagai bukti bahwa Gua Pawon pernah dihuni oleh manusia purba secara terus-menerus, gua ini terdiri dari beberapa ruangan yang kemudian diberi nama-nama khusus seperti ruang utama, ruang makan, ruang dapur, ruang anak, dan lain-lain. Apalagi, di tempat ini kemudian ditemukan peralatan batu berbentuk sederhana sampai pecahan-pecahan gerabah dengan pola hias dalam jumlah yang sangat berlimpah dan bervariasi. Jika kita mengunjungi gua itu sekarang, barang-barang tersebut tidak lagi berada di tempatnya semula, melainkan berada di Balar Bandung. Meski demikian, ruang-ruang yang dimaksudkan masih dapat kita lihat.
Menaiki Gua Pawon tidak terlalu berat. Meski sedikit menanjak dan licin, tidak sulit menjangkaunya. Bahkan, anak-anak usia tiga hingga lima tahun pun mampu menaikinya, tentu mereka memerlukan bimbingan orang tua, supaya tidak jatuh ke jurang. Dapat dikatakan, Gua Pawon sangat cocok pagi para petualang tingkat pemula. Tidak terlalu sulit, tapi juga tidak terlalu mudah menjangkaunya.Kesan pertama memasuki Gua Pawon adalah bau kotoran kelelawar yang menyengat kuat. Karena, gua ini sekarang menjadi sarang kelelawar. Bunyi binatang yang gemar keluar malam hari ini terus bersahutan, sehingga semakin menyempurnakan nuansa seram sebuah gua. Sesekali terdengar bunyi mirip ketawa Nenek Lampir seperti dapat disaksikan di televisi swasta. Hi..hi..hi…! Mungkin itu bunyi kelelawar yang begitu banyak. Namun terkadang, bunyi-bunyi itu mengesankan seperti banyak anak-anak di dalam gua sedang bermain-main.Selain bunyi kelelawar yang bersahutan di dalam gua, kita juga dapat mendengarkan berbagai macam suara dari puluhan rumah di kampung Gunung Masigit yang jaraknya 500-an meter. Bayi yang sedang menangis, kokok ayam jago dan ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian dapat terdengar begitu jelas dari gua yang posisinya di atas perkampungan itu.
Gua Pawon mirip gua di Wadi Rum (Rum Desert) di Yordania, kurang lebih 25 km dari Aqaba. Di tengah gurun padang pasir itu terdapat gunung-gunung batu, yang dicelah-celahnya terdapat gua. Di gua inilah terdapat goresan-goresan peninggalan Kerajaan Rum dua ribu tahun silam. Hanya saja, bebatuan di Wadi Rum terlihat lebih tua dan memiliki banyak gunung batu yang sangat indah. Petualang pemula tentu tidak direkomendasikan mengunjungi tempat ini, karena anginnya yang begitu kencang di tengah gurun pasir yang jauh dari perkampungan penduduk.Sementara mengunjungi Gua Pawon tidak sesulit berpetualang di Wadi Rum Yordania yang memerlukan kendaraan beroda besar. Anginnya yang sejuk menambah asri pemandangan eksotis di sekitar Gunung Masigit dan wilayah di sekitar Kecamatan Cipatat. Sepeda motor dapat menjangkau Gua Pawon ini, namun kendaraan roda empat harus diparkir 500-an meter dari gua. Kalau ingin petualangannya lebih mantap, disarankan pengunjung berjalan kaki dari jalan raya Padalarang-Cipatat.Gua Pawon relatif mudah dijangkau. Jika perjalanan ditempuh dari Kota Bandung, setelah melewati Situ Ciburuy, kita akan mulai melewati jalan-jalan di sekitar Pegunungan Masigit yang berdebu dan penuh asap, karena banyak pabrik kapur. Tak lebih dari tiga kilometer dari Situ Ciburuy, kita dapat melihat papan petunjuk arah ke Gua Pawon.
Sementara dari arah Cianjur, setelah melewati Kecamatan Cipatat dan tempat pelesiran di Cibogo, dalam dua kilometer berikutnya kita dapat melihat papan petunjuk di sebelah kiri. Melalui jalan aspal seadanya yang menurun dan kemudian naik, kita dapat menjangkau gua ini dari jalan raya. Tidak semua jalan menuju ke Gua Pawon beraspal. Sebagian jalan itu bahkan becek dan sangat licin saat hujan.Jika Pemerintah Kabupaten Bandung atau Kabupaten Bandung Barat tidak akan menghancurkan masa depan Gua Pawon, adalah wajar jika Dinas Pariwisata setempat membangun sebuah posko di sekitar gua. Di posko ini, diharapkan para pengunjung dapat memperoleh berbagai penjelasan mengenai keberadaan masyarakat Bandung purba. Jalan menuju Gua Pawon juga perlu diperbaiki agar bermanfaat bagi pariwisata di KBB. Sebab, dengan menghidupkan pariwisata, dengan sendirinya perekonomian di sekitar Desa Gunung Masigit akan hidup.Sangat sayang jika Gua Pawon dibiarkan telantar, apalagi jika suatu saat gua ini malah hancur akibat penambangan fosfat yang terus menerus dilakukan. Papan pengumuman yang terserak di dalam gua perlu ditegakkan kembali. Bahkan, fasilitas-fasilitas pariwisata sangat memungkinkan dibangun di sekitar Gua Pawon itu, untuk sekadar relaks di akhir pekan. Sangat disayangkan jika pemandanga asri di sekitar Gunung Masigit dibiarkan mubazir. (Wakhudin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar