Jumat, 20 Maret 2009

Main Keroyok


USIANYA belum genap 20 tahun, tetapi Raden Irawan sudah bertempur dalam Perang Baratayuda di medan Kurusetra. Bahkan karena kegigihannya, putra pasangan Arjuna-Dewi Palupi ini mampu membuat kocar-kacir musuh. Maka para Kurawa pun membuat jebakan. Saat terpisah dari pasukannya, Irawan dikeroyok. Ia dibacok pedang, ditusuk keris, ditombak, bahkan akhirnya diremukkan dengan gada besar. Kematian Irawan pun membangkitkan amarah Arjuna sehingga ia kemudian maju dalam pertempuran dengan tekad bulat.
Kelakuan Amerika Serikat tak ubahnya pasukan Astina yang main keroyok dalam pertempuran yang mereka namakan "Perang Melawan Terorisme". Meskipun selalu ditutup-tutupi, perang ini sesungguhnya merupakan wujud nyata dari tesis Samuel Huntington tentang clash of civilization, yaitu perbenturan antara peradaban Barat dan dunia Islam. Dengan dalih harus bertanggung jawab atas runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC), AS bersama sekutunya menyerang pemerintahan Taliban yang dianggap melindungi Osama bin Laden di Afganistan. 
Tidak terlalu sulit bagi Presiden George Bush menekuk Afganistan. Sebab, pemerintahan Taliban baru saja berdiri setelah puluhan tahun berperang melawan komunis Uni Soviet (Rusia). AS dengan amarah yang besar disertai restu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama sekutunya dari Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Australia menyerbu mereka. Dalam waktu sebentar, Kabul pun jatuh.
Setelah itu, Bush berambisi menaklukkan Irak. AS pun menuduh Bagdad mengembangkan senjata pemusnah massal. Meskipun hasil inspeksi IAEA menunjukkan, Irak tak punya senjata yang dituduhkan itu, namun AS tetap saja menyerbu negeri seribu satu malam itu. Lagi-lagi, AS tidak sendirian menyerang Irak. Ia mengeroyok Saddam Husein setelah negeri itu diembargo ekonomi dan pangannya selama bertahun-tahun. 
Kini, nafsu Bush semakin membara. Ia berambisi pula mencaplok Iran. Cara lama pun dilakukan, menuduh negeri para mullah itu mengembangkan senjata nuklir. AS bersama Uni Eropa dan sekutu yang lain berupaya mengisolasi Teheran. Mereka melakukan embargo ekonomi dan politik. Namun kali ini, Bush berhadapan dengan musuh yang relatif sepadan. Presiden Ahmadinejad telah belajar dari tetangganya yang satu per satu takluk di tangan Bush. Akan tetapi Iran melawan, tak mengindahkan sanksi PBB maupun umpatan Barat. Ahmadinejad bahkan meluncurkan peluru kendali Shahab-3 untuk mengantisipasi serangan Israel dan AS. Bush tentu meradang dan seperti nenek-nenek yang kehilangan sirih. Meskipun para pengeroyoknya siap membantu, AS rupanya berpikir seribu kali. Jangankan menyerang Iran, menghadapi Afganistan dan Irak saja mereka kewalahan. Bahkan, itu menjadi penyebab jebloknya popularitas Bush. (Wakhudin/"PR")***

Tidak ada komentar: